Malam ini aku tertegun..
Kagum
dengan sebuah keputusan yang diambil oleh adikku di kampus.
“Ternyata
orang hebat itu dekat, tak perlu dicari kemana-mana.
Cukup melek dan peduli pada sekitar, itu saja.”
Satu
bulan yang lalu, tepat di tanggal 22 Januari 2019, dia memutuskan keluar dari
kampus.
Benar-benar
kabar yang mendadak. Saat itu aku belum sempat menghubunginya, karena banyak
hal yang berantakan dan harus aku urus. Meskipun sebenarnya saat itu sudah banyak
pertanyaan yang ingin aku berikan padanya. Akhirnya, baru terlaksana malam ini.
Maa
syaa Allaah...
Aku
takjub. Ternyata benar, salah satu Ustadz pernah menyampaikan bahwa melihat
senyum orang tua merupakan salah satu hal terindah yang bisa dinikmati oleh
pandangan manusia saat di dunia. Dan dia, membuktikannya:
Bagaimana
tidak nikmat, manusia yang Allah sematkan surga untukmu di bawah telapak
kakinya, merekahkan senyuman bahagianya padamu.
Maa
syaa Allah, luar biasa.
Dan
saat dia menjelaskan alasannya keluar dari kampus alias berhenti kuliah,
membuatku semakin takjub, maa syaa Allah...
Selama
ini kita lebih sering menemukan orang yang rela pergi meninggalkan orang tua
demi kuliah, dibandingkan sebaliknya. Meski itu juga tidak salah, karena itu
juga salah satu cara membahagiakan orang tua. Hanya saja bagiku, dia ini punya
cara berbeda dibanding kebanyakan orang.
Saat
orang-orang seperti kita berusaha mengejar dan memperjuangkan mimpi dengan
pendidikan (yang mungkin saja kita terlalu memikirkan kebahagiaan pribadi tanpa
terlalu memikirkan bagaimana hati dan perasaan orang tua kita) dan meninggalkan
orang tua, dia memilih meninggalkan kuliahnya (yang mungkin saja salah satu
jalan menuju impian terbesarnya) demi kebahagiaan orang tua.
Ditambah lagi, dia sama sepertiku. Dapat beasiswa dari Yayasan pemilik kampus. Kami orang yang sama, yang jika Allah tidak beri perantara melalui beasiswa ini, mungkin kami tidak bisa kuliah. Bedanya, aku memilih bertahan. Tapi dia memilih untuk melepaskannya.
Keputusan yang tidak mudah, bukan?
Keputusan yang tidak mudah, bukan?
Malam
ini, aku mengerti. Bahwa ada benarnya, terkadang untuk mencapai hal yang
(dianggap) besar, kita melupakan atau mengorbankan hal-hal yang (dianggap)
kecil. Tapi ternyata, hal kecil itulah yang memiliki makna lebih besar. Ya,
seperti itu tadi, sekadar “senyuman ibu”.
Mungkin
terlihat sepele, tapi maknanya sangat mendalam. Bayangkan saja jika ibumu tak
pernah senyum padamu, atau jarang senyum dan lebih sering menunjukkan ekspresi
datar atau sedih, bukankah itu salah satu ciri ketidakbahagiaan? Pernahkah
berpikir, apakah ibu bahagia punya anak saya? Silakan dipikirkan.
Dan
terpenting, membahagiakan orang tua memang jangan ada kata “nanti”. Karena kita
tidak pernah tahu kapan orang tua kita akan kembali pada-Nya, kapan orang tua
akan menghembuskan nafas terakhirnya. Kita juga tidak pernah tahu, besok-besok
masih bisa membahagiakan orang tua atau tidak. Kalau sudah keburu diambil oleh
Yang Maha Kuasa, kita bisa apa?
Maka
segeralah.
Jangan
meluangkan waktu hanya saat hari ibu atau hari ayah.
Setiap
hari adalah hari Ibu dan Ayah
Terakhir,
pelajaran berharga lagi dari dia yang sangat cantik malam ini:
Semoga
bermanfaat, silakan jadi bahan renungan.
Terima
kasih, LN.



Speechless!!!!!
BalasHapusHwaaaa... Baru sadar, Kak Put!!! Selama ini mungkin aku cuek sama Mami �� makasih, Kak Put dan juga LN
BalasHapus